30/05/13

TULISAN 3 : Cinta dan Perkawinan


ARTIKEL 1

Cinta dan perkawinan
“Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)"
Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar / subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
CATATAN - KECIL :
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
________________________________________________________
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.”

Tanggapan : Menurut saya artikel diatas menerangkan suatu filosofi untuk menerangkan kepada pembaca mengenai cinta dan perkawinan dengan cukup mudah.

A. Deskripsi Cinta dan Perkawinan

Sebagai manusia yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya,tak dipungkiri bahwa cinta adalah salah satu hal yang berarti didalam hidup manusia.Berdasarkan artikel diatas,disebutkan bahwa “Cinta adanya di dalam lubuk hati”. Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Ketika pasangan telah menemukan yang terbaik diantara pilihan yang ada, disitulah kelanjutan cinta yaitu perkawinan,dalam artikel disebutkan bahwa “Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.”

ARTIKEL 2

 Bagaimana Bersikap sebelum menentukan pilihan
“Menentukan pilihan memang merupakan sesuatu yang gampang-gampang susah. Gampang bila pilihan yang ada sesuai atau mendekati keinginan hati. Sebaliknya, menjadi susah bila pilihan-pilihan yang ada jauh dari keinginan hati kita. Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan kita, sudah pasti menuntut kita untuk menentukan pilihan. Memilih sekolah, jurusan, pekerjaan, teman hidup, partai politik, presiden, tv dan lain-lain. Pilihan kita itu harus sesuai dengan kesanggupan kita. Namun, pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih suatu pilihan itu tentunya memiliki tipikalnya sendiri-sendiri.
Pertimbangan dalam memilih untuk membeli barang-barang perabot seperti tv, tentunya kita harus mendasarkan pada tingkat kesanggupan kita. Selalu ingat bahwa semua hal ada takarannya. Kalau kita sanggupnya hanya membeli tv 14 inch, dan kesanggupan daya voltase listrik di rumah kita hanya sanggup untuk tv ukuran segitu, lalu mengapa kita memaksakan untuk membeli tv yang dimensinya lebih besar? Pertimbangan lainnya dalam menentukan pilihan pembelian tv itu juga harus diselaraskan dengan kebutuhan kita. Kalau kita jarang di rumah dan juga hampir tidak memiliki waktu untuk menonton tv, lalu mengapa kita harus membeli tv? Kita tidak membutuhkan “kotak ajaib” itu. Nilai atau fungsi benda itu tidak ada bagi kita.
Lain halnya dengan pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih pasangan hidup. Seumpama Anda belum menikah maka sebaiknya kita tidak perlu risau. Kitalah yang tahu tentang diri kita. Orang lain atau keluarga kita mungkin risau melihat keadaan kita. Ajak mereka berbicara dan katakan apa adanya. Memilih teman hidup tidak sama dengan kita memilih perabot. Bila suatu hari kita bosan dengan perabot yang kita miliki, maka kita dapat saja menggantinya suatu hari. Apakah Anda ingin memperlakukan pasangan Anda seperti perabot saja? Tentu tidak, bukan? Bergaulah dengan banyak orang. Kita bisa memperhatikan dan menimbang-nimbang yang mana diantara mereka yang dapat kita masukkan dalam kategori calon teman hidup kita. Ini bukan berarti kita bersikap seperti seorang playboy atau playgirl. Hal tersebut sebaiknya hanya dilakukan bila kita belum mendapatkan orang yang telah kita anggap masuk dalam kategori calon serius. Kita harus menghargai komitmen kita. Ingatlah selalu adagium “You are what you say.”
Menentukan pasangan hidup bukanlah perkara gampang dan main-main. Memilih pasangan atau teman hidup agak setali tiga uang dengan memilih para wakil-wakil kita di parlemen dan memilih seorang presiden. Bedanya, dampak memilih pasangan hidup tentunya hanya terjadi pada sedikit orang, yaitu pada diri kita, pasangan, anak-anak (kalau nantinya ada), keluarga kita dan keluarga pasangan kita. Memilih para wakil kita di parlemen dan memilih presiden, dampaknya akan sangat luas, tidak hanya pada diri kita tetapi kita semua sebagai warga negara. (nfr)”

Tanggapan:
Menurut saya,artikel diatas sangat menarik,memberi saran bahwa pilihan mengenai pendamping hidup,hendaknya tidak seperti memilih sesuatu yang hanya sesaat saja dan menuntut kita untuk tetaplah yakin kepada Tuhan,dan berusaha untuk menemukan pilihan yang terbaik untuk kedepannya.

B. Bagaimana Memilih Pasangan

Memilih pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik.
Dalam artikel diatas,disebutkan bahwa,” pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih suatu pilihan itu tentunya memiliki tipikalnya sendiri-sendiri.” Pilihan mengenai pendamping hidup,hendaknya tidak seperti memilih sesuatu yang hanya sesaat saja.Namun,pendamping hidup adalah untuk selamanya,sehingga hendaknya jangan sampai salah dalam memilih.Kata hati dan perasaan sangat dibutuhkan dalam memilih seseorang yang terbaik diantara pilihan yang ada.Dan tetaplah yakin kepada Tuhan,dan berusaha untuk menemukan pilihan yang terbaik untuk kedepannya.

ARTIKEL 3

Penyesuaian dalam Pernikahan
“Banyak pasangan yang akhirnya berpisah karena merasa sudah saling tidak cocok lagi. Ketidakcocokan yang  dirasakan membuat pertengkaran sering terjadi di antara mereka. Ketika ditanyakan apa persoalannya, mereka menjawab hanya masalah sepele saja. Lantas pertanyaannya, mengapa hanya karena masalah sepele saja bisa membuat pertengkaran dan akhirnya menjadi perpisahan dalam pernikahan?
Umumnya banyak pasangan yang kurang menyadari pentingnya penyesuaian dalam pernikahan. Sebagian berpikir bahwa penyesuaian dengan pasangan toh sudah dilakukan saat masa pacaran sebelum menikah; ada pula yang beranggapan bahwa penyesuaian hanya perlu dilakukan di masa-masa awal pernikahan saja. Akibat dari persepsi tersebut, mereka tidak siap ketika menghadapi perubahan ataupun perbedaan pada diri pasangannya. Hal tersebut akhirnya bisa memunculkan pikiran negatif terhadap pasangan yang seringkali bila tidak dikonfirmasi akan menimbulkan kesenjangan diantara suami istri.
Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan itu bahkan hingga salah satu dari pasangan meninggal dunia penyesuain tetap menjadi kebutuhan dan keharusan. Di awal perkenalan sebelum menikah, keduanya masih saling berkenalan luarnya saja, hanya mengenal kepribadian calon pasangannya secara umum saja. Tentu itu tidak cukup. Oleh karenanya, di awal pernikahan pun pasangan masih perlu penyesuaian dan pengenalan yang lebih mendalam lagi antara satu sama lain, begitu seterusnya, penyesuaian pun perlu terus dilakukan dalam pernikahan ketika istri hamil, anak pertama lahir, dst.
Penyesuaian dengan pasangan juga butuh kesabaran dan kemauan untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak semua kebiasaan dan sifat-sifat pasangan akan sejalan dan sesuai dengan diri. Oleh karenanya perlu memahami tentang kebiasaan pasangan, sifat dan karakternya, hal-hal yang ia sukai dan ia tidak sukai, dsb. Perbedaan diantara pasangan suami istri adalah suatu hal yang wajar, dan karena perbedaan itulah Allah mempertemukan dan menyatukannya agar satu sama lain bisa saling melengkapi. Ya, agar bisa saling melengkapi bukan untuk saling menyalahkan. Suami dengan kelebihannya mampu membimbing dan menutupi kekurangan istri, begitu sebaliknya istri mampu pula dengan kelebihannya menutupi kekurangan yang ada pada diri suami. Dengan  adanya saling pengertian satu sama lainnya ini, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan selalu menghiasi.
Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus disamakan ataupun dimusnahkan. Perbedaan adalah warna yang bisa menghiasi dan menceriakan segalanya. Bila kita mampu menikmati, menerima dan mensyukuri setiap perbedaan yang ada, maka semua akan terasa lebih indah, bahkan terkadang bisa menjadi buah canda diantara pasangan. Sebaliknya bila perbedaan selalu dijadikan ancaman maka tak dapat dipungkiri pertengkaran dan ketidakcocokan akan selalu hadir.
Kebahagiaan dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya. Karena hati itu bergetar. Maka ketika dua hati menyatu dan seirama, ia akan saling beresonansi, dan saling menggetarkan satu sama lainnya. Bila getaran yang disampaikan adalah getaran hati yang bahagia maka juga akan dirasakan oleh yang lainnya, namun bila getaran yang disampaikan sedih, kecewa dan buruk sangka maka getaran yang disampaikan juga akan terasa negatif. Sehingga tak heran, bila kita terkadang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh pasangan kita bila kita benar-benar menghidupkan hati.”
Tanggapan Artikel:
Sebagai individu yang memiliki sifat maupun karakteristik yang berbeda satu sama lainnya,sudah sewajarnya ada perbedaan dalam hal-hal tertentu di dalam suatu hubungan.Begitu pula dalam suatu ikatan perkawinan.Seluk beluk hubungan dalam perkawinan dirasa menjadi satu tahapan yang dirasakan oleh setiap pasangan. Dari artikel diatas disebutkan bahwa “Kebahagiaan dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya.”

      C. Seluk Beluk Hubungan Dalam Perkawinan

Pembahasan :
Fase bulan madu.
Fase ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
 
Fase penyesuaian.
Fase ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta yang alami terjadi.”

Fase kekosongan.

Fase ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya
     
      D. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan

Dalam artikel diatas disebutkan bahwa “Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan”.Karena menyatukan dua orang yang berbeda untuk bersatu dalam menjalani kehidupan kedepannya,butuh suatu penyesuaian dan pertumbuhan didalam perkawinan.Pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.Tahap pertama : Romantic Love,Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Tahap ketiga : Knowledge and Awareness,Tahap keempat : Transformation,Tahap kelima :  Real Love. 

ARTIKEL 4

Perceraian dan Keluarga yang Terancam Bahaya 

 “ Kita hidup di  era yang ditandai oleh terurainya ikatan keluarga yang dulunya pernah mengikat ”(pandangan kaum konservatif)
Maraknya pemberitaan tentang perceraian terlebih yang terjadi atas keluarga kaum selebritis menjadi sebuah hentakan pada ekspektasi sosial kita akan suatu kehidupan keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Kekecewaan sosial tersebut menyisakan pertanyaan, apakah sudah sedemikian rapuhnya bangunan keluarga dewasa ini, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus menyatakan perceraian?
Perceraian melemahkan harapan konservatif akan sebuah perkawinan yang langgeng (hanya maut yang memisahkan) dan membawa akibat negatif karena keluarga memiliki ikatan emosional yang paling erat, intim dan mendalam di antara para anggotanya.
Peran Keluarga
Keluarga melaksanakan peran yang  eksklusif. Pertama dan terutama, dengan membentuk keluarga pasangan yang melangsungkan perkawinan menyatakan komitmen dalam sebuah ikatan lahir-batin  mencapai kebahagiaan.
Peran biologis yakni melahirkan anak dan mengembangkan keturunan demi mempertahankan kelangsungan hidup. Jika peran melahirkan tidak dapat dilaksanakan maka tidak menutup kemungkinan untuk pengangkatan atau pengadopsian anak karena keluarga bukan saja mereka yang terhubung secara pertalian darah tetapi juga secara pengangkatan  atau pengadopsian.
Peran afeksi yakni membangun hubungan yang harmonis dan intim antara anggota keluarga baik itu hubungan suami-isteri maupun hubungan orang tua – anak. Peran ini amat penting untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Peran ekonomis, sosialisasi dan edukasi yaitu pemenuhan kebutuhan fisik-ekonomis dan pengenalan serta penanaman  nilai-nilai luhur,  kebajikan sebagai bekal bagi anak.
Peran perlindungan yaitu orang tua sebagai pelindung anak dan anak-anak merupakan perlindungan orang tua di masa lanjut usia.
Oleh karena peran keluarga yang eksklusif maka perceraian adalah momok sosial yang perlu ditekan.
Perceraian berhubungan dengan penyesuaian keluarga terhadap perubahan dalam siklus hidup keluarga yang biasanya dihitung mulai dari saat pertama pasangan itu menikah sampai salah satu darinya meninggal dunia.Dengan begitu, keluarga  berada dalam suatu dinamika yang terus berkembang sehingga perubahan terkadang mempengaruhi kelangsungan hidup keluarga bahkan menciptakan  krisis. Kemampuan adaptiflah yang mendeterminasi kepuasan dan kekecewaan keluarga.
Kekecewaan biasanya muncul dalam keluhan antar pasangan yang menikah. Berdasarkan studi Terman tahun 1983 yang melibatkan 792 pasangan diketahui bahwa hal yang paling dikeluhkan isteri terhadap suami adalah egois, gagal dalam kerja, tidak jujur, banyak mengeluh, kurang menyayangi, ketidakterbukaan, menang sendiri, tidak perhatian pada anak, tidak betah di rumah. Sebaliknya hal-hal yang paling dikeluhkan suami terhadap isteri yakni banyak mengomel, kurang menyayangi, egois, terlalu banyak intervensi urusan/kesenangan suami, ceroboh/teledor, lekas/mudah marah, angkuh dan tidak jujur. (RB Soemanto:2009).
Relasi seksual dan perceraian
Marc Iver dan Page menyebut bahwa salah satu fungsi pokok keluarga di jaman modern selain prokreasi untuk melahirkan dan membesarkan anak tetapi juga kepuasan hubungan seksual suami isteri . Pada zone peranan afeksi keluarga, krisis relasi seksual mudah meletup.Dan ini didukung  individualisasi yakni sejumlah gejala di mana masyarakat yang tidak lagi mau tergantung pada pada tradisi sosial, adat istiadat dalam  pembentukan identitas diri dan seksualitas mereka tetapi lebih mendasarkannya pada pilihan dan keputusan pribadi. Individualisasi melihat bahwa perkawinan tidak lagi memegang hak istimewa dalam hubungan seksual karena hubungan seksual bisa saja dilakukan di luar atau di dalam perkawinan.
Tidak diharapkan bahwa konflik dan krisis yang dialami oleh keluarga harus bersolusi perceraian karena perceraian memecahkan masalah sekaligus menyebabkan  masalah berikutnya. Perceraian adalah gambaran institusi keluarga yang terancam bahaya oleh karena baik pasangan menikah yang tidak mempunyai anak dan apa lagi pasangan yang mempunyai anak, perceraian  melahirkan akibat-akibat destruktif terlebih bagi anak-anak. Menurut Paul Amato dan Alan Booth, terlalu tinggi harga yang  dibayar masyarakat kita yang memilih hidup berpisah dan bercerai. Perceraian mungkin penyelesaian yang tepat bagi orang dewasa, tapi tidak untuk anak-anak, karena anak-anaklah  yang menderita dampak destruktif dan menyakitkan dari perceraian itu dalam jangka panjang serta menimbulkan kekaburan persepsi anak terhadap diri, seksualitas, dan hubungan-hubungan intim.
Orang tua dalam keluarga konflik tinggi  sebenarnya demi anak-anak mereka, berusaha untuk tetap bersama dan melakukan beberapa pengorbanan demi memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua.

E.Perceraian dan Pernikahan Kembali
Tanggapan Artikel dan Pembahasan:
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.Namun,ketika ada satu atau lain hal yang mengarahkan pada terjadinya perceraian,banyak sekali dampak yang dimunculkan kususnya bagi keluarga.Namun,tidak sedikit dari mereka yang bercerai untuk mengambil keputusan lain. Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

ARTIKEL 5 

Alasan Mengapa Seseorang Tetap Single Dalam Hidupnya
"Sebenarnya ada 2 alasan utama mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya: karena pilihan sendiri atau karena kesalahan-kesalahan yang disadari maupun yang tidak. Alasan pertama tentu tidak ada masalah sama sekali karena kamu berkomitmen untuk tidak memiliki pasangan (entah karena tidak mau terburu-buru atau memang memilih untuk single selamanya) dan tidak mempermasalahkan itu.
Namun, jika kamu sangat berharap namun tidak pernah mendapatkannya dan itu membuatmu depresi, mungkin saja kamu harus merefleksikan dirimu. Berikut ini adalah 10 alasan mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya:
Mengutamakan karir
Kita semua setuju bahwa karir merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Sah-sah saja mengejar karir yang baik untuk masa depan. Tapi kamu harus ingat bahwa hidup bukan semata-mata mengejar karir yang lebih baik.
Jika kamu bermimpi memiliki sebuah keluarga yang bahagia tentu kamu harus menyediakan waktu untuk mencari pasangan hidup. Meskipun kamu bekerja di lingkungan yang membuatmu banyak berinteraksi dengan orang lain, tetapi jika kamu tidak pernah membuka mata dan hati maka itu akan menghalangi kamu untuk mendapatkan orang yang kamu cintai dan mencintai kamu.
Pengalaman masa lalu yang pahit
Trauma masa lalu juga bisa menghalangi seseorang untuk mendapatkan pasangan hidup. Perasaan takut disakiti atau takut hubungan kembali gagal menimbulkan efek traumatis yang kadang sulit disembuhkan. Kuncinya adalah kamu harus terus move on karena kebahagiaanmu tidak berada dalam orang-orang tertentu, kebahagiaan ada dalam dirimu sendiri.
Hidup di lingkaran sosial yang kecil
Pergaulan yang sempit tentu akan mengurangi peluangmu mendapatkan pasangan hidup karena kamu hanya bertemu dengan sedikit orang. Orang yang banyak berinteraksi dengan orang lain dan orang yang terus menerus di depan komputer tentu memiliki peluang yang jauh berbeda. Tentu saja ini masuk akal karena komunikasi adalah awal dari sebuah hubungan, tanpa komunikasi tidak akan terbentuk hubungan yang baik. Perbesarlah lingkaran sosialmu namun tetap selektif.
Tidak menjaga penampilan
Penampilan yang berantakan, berat badan yang berlebih, atau bau badan yang tidak sedap tentu tidak menarik perhatian orang lain. Memang, kita tidak bisa menilai seseorang sepenuhnya dari penampilan fisiknya saja, tetapi realistislah, kita pasti menilai orang pertama kali dari apa yang kita lihat, kan?
Meskipun cover buku belum tentu menunjukkan kualitas isinya, tetapi cover buku yang bagus akan menarik perhatian dan meningkatkan penjualan. Tampil menarik tidak harus memiliki wajah cantik. Kebersihan, kerapian, dan kesehatan fisik juga sangat berpengaruh.
Takut untuk memulai
Belum memiliki pengalaman sebelumnya mungkin cukup menghambat kamu untuk melangkah. Takut salah atau takut ditolak merupakan hal umum yang terjadi. Memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah, namun jika kamu tidak mencoba, kamu tidak akan pernah tahu apakah ia adalah jodohmu atau bukan.
Ingin Bebas
Beberapa orang berpikir bahwa memiliki kekasih membuat mereka tidak bisa bebas melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka inginkan. Keharusan membagi waktu, tenaga, pikiran, atau uang membuat mereka menganggap itu mengganggu, merepotkan, atau membuat mereka tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan.
Untuk beberapa saat, anggapan seperti ini bisa dibenarkan entah karena tidak ada waktu untuk membina hubungan atau finansial yang belum mumpuni. Namun dalam jangka waktu yang lama, anggapan seperti ini akan menghambat kamu untuk mendapatkan pasangan hidup. Pengecualian jika kamu memang sudah berkomitmen dari awal tidak ingin menikah dan tidak mempermasalahkan itu.
Childish
Terlalu manja dan tidak bisa berpikir secara dewasa adalah faktor penghambat yang lain. Hubungan percintaan khususnya ketika sudah menginjak umur 20an membutuhkan pemikiran yang dewasa untuk dapat membina hubungan yang serius.
Terlalu Agresif
Terus menerus berdiam diri akan menghambatmu, begitu juga jika kamu terlalu agresif. Agresivitas yang berlebihan seringkali membuat orang lain takut terhadap dirimu atau berpikir kamu terlalu mudah.
Membosankan
Orang yang membosankan umumnya mengalami kendala dalam berkomunikasi dan aktivitas sehari-harinya yang datar-datar saja. Tidak ada cara lain selain kamu harus memperbanyak wawasan dan banyak beraktivitas positif. Akan ada banyak cerita yang bisa kamu ceritakan pada orang lain.
Hidup di Dunia Virtual
Zaman sekarang games dan internet sudah sangat berkembang pesat. Banyak sekali teknologi virtual reality yang dijual di pasaran. Di satu sisi perkembangan teknologi berdampak positif namun di sisi lain berdampak negatif jika berlebihan digunakan. Dunia virtual reality seperti online games sering membuat orang-orang terperangkap di dalamnya.
Tidak hanya anak-anak dan remaja, bahkan orang dewasapun sering terjebak dalam dunia ini. Jika kamu termasuk orang-orang seperti ini, sadarilah bahwa kamu memiliki hidup yang nyata yang harus kamu jalani dan kamu hanya punya satu kesempatan, tidak seperti virtual reality yang akan berakhir ketika kamu mengeklik ”Shut Down” dan bisa dimulai lagi ketika kamu memencet tombol ”Turn On” di komputermu.
Memang benar jodoh ada di tangan Tuhan, tetapi kamu juga harus berusaha dan berdoa, bisa merefleksikan dirimu dan mulai bertanya pada diri sendiri apakah kamu sudah berusaha yang terbaik namun belum berhasil atau karena kesalahan-kesalahan yang sudah kamu lakukan yang menghambat kamu mendapatkan jodoh. Itu adalah 10 alasan mengapa kamu masih single.”

F. Single Life
Tanggapan dan Pembahasan :
Dalam artikel diatas, alasan alasan seperti mengutamakan karir,masih ingin bebas, takut dengan masa lalu yang pahit,dan lainya ,menjadi penyebab mengapa seseorang masih melajang meskipun umurnya sudah cukup untuk berumah tangga.Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh.

Di artikel disebutkan bahwa “Memang benar jodoh ada di tangan Tuhan, tetapi kamu juga harus berusaha dan berdoa, bisa merefleksikan dirimu dan mulai bertanya pada diri sendiri apakah kamu sudah berusaha yang terbaik namun belum berhasil atau karena kesalahan-kesalahan yang sudah kamu lakukan yang menghambat kamu mendapatkan jodoh.”


Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar