ARTIKEL 1
Cinta dan perkawinan
“Satu
hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa
menemukannya?
Gurunya
menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan
tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu
menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah
menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali
dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.
Gurunya
bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato
menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak
boleh mundur kembali (berbalik)"
Sebenarnya
aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang
lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat
kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya
ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak
kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya
kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"
Di
hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan?
Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya
pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh
mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan
tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu
telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato
pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon
tersebut bukanlah pohon yang segar / subur, dan tidak juga terlalu tinggi.
Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya
bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato
pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah
menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.
Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk
amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau
menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun
kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
CATATAN
- KECIL :
Cinta
itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk
hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan
dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan...
tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan
masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
________________________________________________________
Perkawinan
adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu
mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan
untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah
waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu
hampa adanya.”
Tanggapan : Menurut saya artikel diatas menerangkan suatu filosofi untuk menerangkan kepada pembaca mengenai cinta dan perkawinan dengan cukup mudah.
Sebagai
manusia yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya,tak dipungkiri bahwa cinta
adalah salah satu hal yang berarti didalam hidup manusia.Berdasarkan artikel diatas,disebutkan
bahwa “Cinta adanya di dalam lubuk hati”. Cinta adalah sebuah emosi dari
kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta
merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan
kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang
dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian,
memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan
mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Ketika
pasangan telah menemukan yang terbaik diantara pilihan yang ada, disitulah
kelanjutan cinta yaitu perkawinan,dalam artikel disebutkan bahwa “Perkawinan
adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu
mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan
untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia sialah
waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu
hampa adanya.”
ARTIKEL 2
Bagaimana
Bersikap sebelum menentukan pilihan
“Menentukan
pilihan memang merupakan sesuatu yang gampang-gampang susah. Gampang bila
pilihan yang ada sesuai atau mendekati keinginan hati. Sebaliknya, menjadi
susah bila pilihan-pilihan yang ada jauh dari keinginan hati kita. Apapun yang
kita lakukan dalam kehidupan kita, sudah pasti menuntut kita untuk menentukan
pilihan. Memilih sekolah, jurusan, pekerjaan, teman hidup, partai politik,
presiden, tv dan lain-lain. Pilihan kita itu harus sesuai dengan kesanggupan
kita. Namun, pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih suatu pilihan itu
tentunya memiliki tipikalnya sendiri-sendiri.
Pertimbangan
dalam memilih untuk membeli barang-barang perabot seperti tv, tentunya kita
harus mendasarkan pada tingkat kesanggupan kita. Selalu ingat bahwa semua hal
ada takarannya. Kalau kita sanggupnya hanya membeli tv 14 inch, dan kesanggupan
daya voltase listrik di rumah kita hanya sanggup untuk tv ukuran segitu, lalu
mengapa kita memaksakan untuk membeli tv yang dimensinya lebih besar?
Pertimbangan lainnya dalam menentukan pilihan pembelian tv itu juga harus
diselaraskan dengan kebutuhan kita. Kalau kita jarang di rumah dan juga hampir
tidak memiliki waktu untuk menonton tv, lalu mengapa kita harus membeli tv?
Kita tidak membutuhkan “kotak ajaib” itu. Nilai atau fungsi benda itu tidak ada
bagi kita.
Lain
halnya dengan pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih pasangan hidup.
Seumpama Anda belum menikah maka sebaiknya kita tidak perlu risau. Kitalah yang
tahu tentang diri kita. Orang lain atau keluarga kita mungkin risau melihat keadaan
kita. Ajak mereka berbicara dan katakan apa adanya. Memilih teman hidup tidak
sama dengan kita memilih perabot. Bila suatu hari kita bosan dengan perabot
yang kita miliki, maka kita dapat saja menggantinya suatu hari. Apakah Anda
ingin memperlakukan pasangan Anda seperti perabot saja? Tentu tidak, bukan?
Bergaulah dengan banyak orang. Kita bisa memperhatikan dan menimbang-nimbang
yang mana diantara mereka yang dapat kita masukkan dalam kategori calon teman
hidup kita. Ini bukan berarti kita bersikap seperti seorang playboy atau
playgirl. Hal tersebut sebaiknya hanya dilakukan bila kita belum mendapatkan
orang yang telah kita anggap masuk dalam kategori calon serius. Kita harus
menghargai komitmen kita. Ingatlah selalu adagium “You are what you say.”
Menentukan
pasangan hidup bukanlah perkara gampang dan main-main. Memilih pasangan atau
teman hidup agak setali tiga uang dengan memilih para wakil-wakil kita di
parlemen dan memilih seorang presiden. Bedanya, dampak memilih pasangan hidup
tentunya hanya terjadi pada sedikit orang, yaitu pada diri kita, pasangan,
anak-anak (kalau nantinya ada), keluarga kita dan keluarga pasangan kita.
Memilih para wakil kita di parlemen dan memilih presiden, dampaknya akan sangat
luas, tidak hanya pada diri kita tetapi kita semua sebagai warga negara. (nfr)”
Tanggapan:
Menurut saya,artikel diatas sangat menarik,memberi saran bahwa pilihan mengenai pendamping hidup,hendaknya tidak seperti memilih sesuatu yang hanya sesaat saja dan menuntut kita untuk tetaplah yakin kepada Tuhan,dan berusaha untuk menemukan pilihan yang terbaik untuk kedepannya.
B. Bagaimana Memilih Pasangan
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Dalam
memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki
hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus
benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik.
Dalam artikel diatas,disebutkan bahwa,” pertimbangan yang kita gunakan dalam memilih suatu pilihan itu tentunya memiliki tipikalnya sendiri-sendiri.” Pilihan mengenai pendamping hidup,hendaknya tidak seperti memilih sesuatu yang hanya sesaat saja.Namun,pendamping hidup adalah untuk selamanya,sehingga hendaknya jangan sampai salah dalam memilih.Kata hati dan perasaan sangat dibutuhkan dalam memilih seseorang yang terbaik diantara pilihan yang ada.Dan tetaplah yakin kepada Tuhan,dan berusaha untuk menemukan pilihan yang terbaik untuk kedepannya.
ARTIKEL 3
Penyesuaian dalam Pernikahan
“Banyak
pasangan yang akhirnya berpisah karena merasa sudah saling tidak cocok lagi.
Ketidakcocokan yang dirasakan membuat pertengkaran sering terjadi di
antara mereka. Ketika ditanyakan apa persoalannya, mereka menjawab hanya
masalah sepele saja. Lantas pertanyaannya, mengapa hanya karena masalah sepele
saja bisa membuat pertengkaran dan akhirnya menjadi perpisahan dalam
pernikahan?
Umumnya
banyak pasangan yang kurang menyadari pentingnya penyesuaian dalam pernikahan.
Sebagian berpikir bahwa penyesuaian dengan pasangan toh sudah dilakukan saat
masa pacaran sebelum menikah; ada pula yang beranggapan bahwa penyesuaian hanya
perlu dilakukan di masa-masa awal pernikahan saja. Akibat dari persepsi
tersebut, mereka tidak siap ketika menghadapi perubahan ataupun perbedaan pada
diri pasangannya. Hal tersebut akhirnya bisa memunculkan pikiran negatif
terhadap pasangan yang seringkali bila tidak dikonfirmasi akan menimbulkan
kesenjangan diantara suami istri.
Penyesuaian
dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu,
sepanjang pernikahan itu bahkan hingga salah satu dari pasangan meninggal dunia
penyesuain tetap menjadi kebutuhan dan keharusan. Di awal perkenalan sebelum
menikah, keduanya masih saling berkenalan luarnya saja, hanya mengenal
kepribadian calon pasangannya secara umum saja. Tentu itu tidak cukup. Oleh
karenanya, di awal pernikahan pun pasangan masih perlu penyesuaian dan
pengenalan yang lebih mendalam lagi antara satu sama lain, begitu seterusnya,
penyesuaian pun perlu terus dilakukan dalam pernikahan ketika istri hamil,
anak pertama lahir, dst.
Penyesuaian
dengan pasangan juga butuh kesabaran dan kemauan untuk saling menerima
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak semua kebiasaan dan sifat-sifat
pasangan akan sejalan dan sesuai dengan diri. Oleh karenanya perlu memahami
tentang kebiasaan pasangan, sifat dan karakternya, hal-hal yang ia sukai dan ia
tidak sukai, dsb. Perbedaan diantara pasangan suami istri adalah suatu hal yang
wajar, dan karena perbedaan itulah Allah mempertemukan dan menyatukannya agar
satu sama lain bisa saling melengkapi. Ya, agar bisa saling melengkapi bukan untuk
saling menyalahkan. Suami dengan kelebihannya mampu membimbing dan menutupi
kekurangan istri, begitu sebaliknya istri mampu pula dengan kelebihannya
menutupi kekurangan yang ada pada diri suami. Dengan adanya saling
pengertian satu sama lainnya ini, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan
selalu menghiasi.
Perbedaan
bukanlah sesuatu yang harus disamakan ataupun dimusnahkan. Perbedaan adalah
warna yang bisa menghiasi dan menceriakan segalanya. Bila kita mampu menikmati,
menerima dan mensyukuri setiap perbedaan yang ada, maka semua akan terasa
lebih indah, bahkan terkadang bisa menjadi buah canda diantara pasangan.
Sebaliknya bila perbedaan selalu dijadikan ancaman maka tak dapat dipungkiri
pertengkaran dan ketidakcocokan akan selalu hadir.
Kebahagiaan
dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing
pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah
tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya. Karena hati itu
bergetar. Maka ketika dua hati menyatu dan seirama, ia
akan saling beresonansi, dan saling menggetarkan satu sama lainnya. Bila
getaran yang disampaikan adalah getaran hati yang bahagia maka juga akan
dirasakan oleh yang lainnya, namun bila getaran yang disampaikan sedih, kecewa
dan buruk sangka maka getaran yang disampaikan juga akan terasa negatif.
Sehingga tak heran, bila kita terkadang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
pasangan kita bila kita benar-benar menghidupkan hati.”
Tanggapan Artikel:
Sebagai individu yang memiliki sifat maupun karakteristik yang berbeda satu sama lainnya,sudah sewajarnya ada perbedaan dalam hal-hal tertentu di dalam suatu hubungan.Begitu pula dalam suatu ikatan perkawinan.Seluk beluk hubungan dalam perkawinan dirasa menjadi satu tahapan yang dirasakan oleh setiap pasangan. Dari artikel diatas disebutkan bahwa “Kebahagiaan dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya.”
Sebagai individu yang memiliki sifat maupun karakteristik yang berbeda satu sama lainnya,sudah sewajarnya ada perbedaan dalam hal-hal tertentu di dalam suatu hubungan.Begitu pula dalam suatu ikatan perkawinan.Seluk beluk hubungan dalam perkawinan dirasa menjadi satu tahapan yang dirasakan oleh setiap pasangan. Dari artikel diatas disebutkan bahwa “Kebahagiaan dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya.”
C. Seluk
Beluk Hubungan Dalam Perkawinan
Pembahasan :
Fase
bulan madu.
Fase
ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung memiliki
perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu membicarakan
berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya. Kalau pun muncul konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus
menjadi solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
Fase
penyesuaian.
Fase
ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak lagi
melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Psikolog Azin Nasseri mengatakan, “Tingginya angka perceraian lebih banyak
berkaitan dengan cara pasangan menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan
pengetahuan mengenai cara membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami
dinamika cinta yang alami terjadi.”
Fase
kekosongan.
Fase
ini menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan
melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak dewasa,
bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan menikah mulai
memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati kehidupan berikutnya
D. Penyesuaian
dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Dalam
artikel diatas disebutkan bahwa “Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya
adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan”.Karena
menyatukan dua orang yang berbeda untuk bersatu dalam menjalani kehidupan
kedepannya,butuh suatu penyesuaian dan pertumbuhan didalam perkawinan.Pendapat Dawn
J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and
relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap
perkembangan dalam kehidupan perkawinan.Tahap pertama : Romantic Love,Tahap
kedua : Dissapointment or Distress. Tahap ketiga : Knowledge
and Awareness,Tahap keempat : Transformation,Tahap kelima : Real
Love.
ARTIKEL 4
Perceraian
dan Keluarga yang Terancam Bahaya
“ Kita hidup di era yang ditandai
oleh terurainya ikatan keluarga yang dulunya pernah mengikat ”(pandangan kaum
konservatif)
Maraknya
pemberitaan tentang perceraian terlebih yang terjadi atas keluarga kaum
selebritis menjadi sebuah hentakan pada ekspektasi sosial kita akan suatu
kehidupan keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Kekecewaan sosial
tersebut menyisakan pertanyaan, apakah sudah sedemikian rapuhnya bangunan
keluarga dewasa ini, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus menyatakan
perceraian?
Perceraian
melemahkan harapan konservatif akan sebuah perkawinan yang langgeng (hanya maut
yang memisahkan) dan membawa akibat negatif karena keluarga memiliki ikatan
emosional yang paling erat, intim dan mendalam di antara para anggotanya.
Peran
Keluarga
Keluarga
melaksanakan peran yang eksklusif. Pertama dan terutama, dengan membentuk
keluarga pasangan yang melangsungkan perkawinan menyatakan komitmen dalam
sebuah ikatan lahir-batin mencapai kebahagiaan.
Peran
biologis yakni melahirkan anak dan mengembangkan keturunan demi
mempertahankan kelangsungan hidup. Jika peran melahirkan tidak dapat
dilaksanakan maka tidak menutup kemungkinan untuk pengangkatan atau
pengadopsian anak karena keluarga bukan saja mereka yang terhubung secara
pertalian darah tetapi juga secara pengangkatan atau pengadopsian.
Peran
afeksi yakni membangun hubungan yang harmonis dan intim antara anggota keluarga
baik itu hubungan suami-isteri maupun hubungan orang tua – anak. Peran ini amat
penting untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Peran
ekonomis, sosialisasi dan edukasi yaitu pemenuhan kebutuhan fisik-ekonomis
dan pengenalan serta penanaman nilai-nilai luhur, kebajikan sebagai
bekal bagi anak.
Peran
perlindungan yaitu orang tua sebagai pelindung anak dan anak-anak
merupakan perlindungan orang tua di masa lanjut usia.
Oleh
karena peran keluarga yang eksklusif maka perceraian adalah momok sosial yang
perlu ditekan.
Perceraian
berhubungan dengan penyesuaian keluarga terhadap perubahan dalam siklus hidup
keluarga yang biasanya dihitung mulai dari saat pertama pasangan itu menikah
sampai salah satu darinya meninggal dunia.Dengan begitu, keluarga berada
dalam suatu dinamika yang terus berkembang sehingga perubahan terkadang
mempengaruhi kelangsungan hidup keluarga bahkan menciptakan krisis.
Kemampuan adaptiflah yang mendeterminasi kepuasan dan kekecewaan keluarga.
Kekecewaan
biasanya muncul dalam keluhan antar pasangan yang menikah. Berdasarkan studi
Terman tahun 1983 yang melibatkan 792 pasangan diketahui bahwa hal yang paling
dikeluhkan isteri terhadap suami adalah egois, gagal dalam kerja, tidak jujur,
banyak mengeluh, kurang menyayangi, ketidakterbukaan, menang sendiri, tidak
perhatian pada anak, tidak betah di rumah. Sebaliknya hal-hal yang paling
dikeluhkan suami terhadap isteri yakni banyak mengomel, kurang menyayangi,
egois, terlalu banyak intervensi urusan/kesenangan suami, ceroboh/teledor,
lekas/mudah marah, angkuh dan tidak jujur. (RB Soemanto:2009).
Relasi
seksual dan perceraian
Marc
Iver dan Page menyebut bahwa salah satu fungsi pokok keluarga di jaman modern
selain prokreasi untuk melahirkan dan membesarkan anak tetapi juga kepuasan hubungan
seksual suami isteri . Pada zone peranan afeksi keluarga, krisis relasi seksual
mudah meletup.Dan ini didukung individualisasi yakni sejumlah gejala di
mana masyarakat yang tidak lagi mau tergantung pada pada tradisi sosial, adat
istiadat dalam pembentukan identitas diri dan seksualitas mereka tetapi
lebih mendasarkannya pada pilihan dan keputusan pribadi. Individualisasi
melihat bahwa perkawinan tidak lagi memegang hak istimewa dalam hubungan
seksual karena hubungan seksual bisa saja dilakukan di luar atau di dalam
perkawinan.
Tidak
diharapkan bahwa konflik dan krisis yang dialami oleh keluarga harus bersolusi
perceraian karena perceraian memecahkan masalah sekaligus menyebabkan
masalah berikutnya. Perceraian adalah gambaran institusi keluarga yang
terancam bahaya oleh karena baik pasangan menikah yang tidak mempunyai anak dan
apa lagi pasangan yang mempunyai anak, perceraian melahirkan
akibat-akibat destruktif terlebih bagi anak-anak. Menurut Paul Amato dan
Alan Booth, terlalu tinggi harga yang dibayar masyarakat kita yang
memilih hidup berpisah dan bercerai. Perceraian mungkin penyelesaian yang tepat
bagi orang dewasa, tapi tidak untuk anak-anak, karena anak-anaklah yang
menderita dampak destruktif dan menyakitkan dari perceraian itu dalam jangka
panjang serta menimbulkan kekaburan persepsi anak terhadap diri, seksualitas,
dan hubungan-hubungan intim.
Orang
tua dalam keluarga konflik tinggi sebenarnya demi anak-anak mereka,
berusaha untuk tetap bersama dan melakukan beberapa pengorbanan demi memenuhi
tanggung jawab sebagai orang tua.
E.Perceraian
dan Pernikahan Kembali
Tanggapan Artikel dan Pembahasan:
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan
bersama.Namun,ketika ada satu atau lain hal yang mengarahkan pada terjadinya
perceraian,banyak sekali dampak yang dimunculkan kususnya bagi keluarga.Namun,tidak
sedikit dari mereka yang bercerai untuk mengambil keputusan lain. Menikah kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang
dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
ARTIKEL 5
Alasan
Mengapa Seseorang Tetap Single Dalam Hidupnya
"Sebenarnya
ada 2 alasan utama mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya: karena
pilihan sendiri atau karena kesalahan-kesalahan yang disadari maupun yang
tidak. Alasan pertama tentu tidak ada masalah sama sekali karena kamu
berkomitmen untuk tidak memiliki pasangan (entah karena tidak mau terburu-buru
atau memang memilih untuk single selamanya) dan tidak mempermasalahkan itu.
Namun,
jika kamu sangat berharap namun tidak pernah mendapatkannya dan itu membuatmu
depresi, mungkin saja kamu harus merefleksikan dirimu. Berikut ini adalah 10 alasan
mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya:
Mengutamakan
karir
Kita
semua setuju bahwa karir merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup.
Sah-sah saja mengejar karir yang baik untuk masa depan. Tapi kamu harus ingat
bahwa hidup bukan semata-mata mengejar karir yang lebih baik.
Jika
kamu bermimpi memiliki sebuah keluarga yang bahagia tentu kamu harus
menyediakan waktu untuk mencari pasangan hidup. Meskipun kamu bekerja di
lingkungan yang membuatmu banyak berinteraksi dengan orang lain, tetapi jika
kamu tidak pernah membuka mata dan hati maka itu akan menghalangi kamu untuk mendapatkan
orang yang kamu cintai dan mencintai kamu.
Pengalaman
masa lalu yang pahit
Trauma
masa lalu juga bisa menghalangi seseorang untuk mendapatkan pasangan hidup.
Perasaan takut disakiti atau takut hubungan kembali gagal menimbulkan efek
traumatis yang kadang sulit disembuhkan. Kuncinya adalah kamu harus terus move
on karena kebahagiaanmu tidak berada dalam orang-orang tertentu, kebahagiaan
ada dalam dirimu sendiri.
Hidup
di lingkaran sosial yang kecil
Pergaulan
yang sempit tentu akan mengurangi peluangmu mendapatkan pasangan hidup karena
kamu hanya bertemu dengan sedikit orang. Orang yang banyak berinteraksi dengan
orang lain dan orang yang terus menerus di depan komputer tentu memiliki
peluang yang jauh berbeda. Tentu saja ini masuk akal karena komunikasi adalah
awal dari sebuah hubungan, tanpa komunikasi tidak akan terbentuk hubungan yang
baik. Perbesarlah lingkaran sosialmu namun tetap selektif.
Tidak
menjaga penampilan
Penampilan
yang berantakan, berat badan yang berlebih, atau bau badan yang tidak sedap
tentu tidak menarik perhatian orang lain. Memang, kita tidak bisa menilai
seseorang sepenuhnya dari penampilan fisiknya saja, tetapi realistislah, kita
pasti menilai orang pertama kali dari apa yang kita lihat, kan?
Meskipun
cover buku belum tentu menunjukkan kualitas isinya, tetapi cover buku yang
bagus akan menarik perhatian dan meningkatkan penjualan. Tampil menarik tidak
harus memiliki wajah cantik. Kebersihan, kerapian, dan kesehatan fisik juga
sangat berpengaruh.
Takut
untuk memulai
Belum
memiliki pengalaman sebelumnya mungkin cukup menghambat kamu untuk melangkah.
Takut salah atau takut ditolak merupakan hal umum yang terjadi. Memulai sesuatu
yang baru tidaklah mudah, namun jika kamu tidak mencoba, kamu tidak akan pernah
tahu apakah ia adalah jodohmu atau bukan.
Ingin
Bebas
Beberapa
orang berpikir bahwa memiliki kekasih membuat mereka tidak bisa bebas melakukan
kegiatan-kegiatan yang mereka inginkan. Keharusan membagi waktu, tenaga,
pikiran, atau uang membuat mereka menganggap itu mengganggu, merepotkan, atau
membuat mereka tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan.
Untuk
beberapa saat, anggapan seperti ini bisa dibenarkan entah karena tidak ada
waktu untuk membina hubungan atau finansial yang belum mumpuni. Namun dalam
jangka waktu yang lama, anggapan seperti ini akan menghambat kamu untuk
mendapatkan pasangan hidup. Pengecualian jika kamu memang sudah berkomitmen
dari awal tidak ingin menikah dan tidak mempermasalahkan itu.
Childish
Terlalu
manja dan tidak bisa berpikir secara dewasa adalah faktor penghambat yang lain.
Hubungan percintaan khususnya ketika sudah menginjak umur 20an membutuhkan
pemikiran yang dewasa untuk dapat membina hubungan yang serius.
Terlalu
Agresif
Terus
menerus berdiam diri akan menghambatmu, begitu juga jika kamu terlalu agresif.
Agresivitas yang berlebihan seringkali membuat orang lain takut terhadap dirimu
atau berpikir kamu terlalu mudah.
Membosankan
Orang
yang membosankan umumnya mengalami kendala dalam berkomunikasi dan aktivitas
sehari-harinya yang datar-datar saja. Tidak ada cara lain selain kamu harus
memperbanyak wawasan dan banyak beraktivitas positif. Akan ada banyak cerita
yang bisa kamu ceritakan pada orang lain.
Hidup
di Dunia Virtual
Zaman
sekarang games dan internet sudah sangat berkembang pesat. Banyak sekali
teknologi virtual reality yang dijual di pasaran. Di satu sisi perkembangan
teknologi berdampak positif namun di sisi lain berdampak negatif jika
berlebihan digunakan. Dunia virtual reality seperti online games sering membuat
orang-orang terperangkap di dalamnya.
Tidak
hanya anak-anak dan remaja, bahkan orang dewasapun sering terjebak dalam dunia
ini. Jika kamu termasuk orang-orang seperti ini, sadarilah bahwa kamu memiliki
hidup yang nyata yang harus kamu jalani dan kamu hanya punya satu kesempatan,
tidak seperti virtual reality yang akan berakhir ketika kamu mengeklik ”Shut
Down” dan bisa dimulai lagi ketika kamu memencet tombol ”Turn On” di
komputermu.
Memang
benar jodoh ada di tangan Tuhan, tetapi kamu juga harus berusaha dan berdoa,
bisa merefleksikan dirimu dan mulai bertanya pada diri sendiri apakah kamu
sudah berusaha yang terbaik namun belum berhasil atau karena
kesalahan-kesalahan yang sudah kamu lakukan yang menghambat kamu mendapatkan
jodoh. Itu adalah 10 alasan mengapa kamu masih single.”
F. Single
Life
Tanggapan dan Pembahasan :
Dalam
artikel diatas, alasan alasan seperti mengutamakan karir,masih ingin bebas,
takut dengan masa lalu yang pahit,dan lainya ,menjadi penyebab mengapa
seseorang masih melajang meskipun umurnya sudah cukup untuk berumah tangga.Banyak
yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin
mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh.
Di
artikel disebutkan bahwa “Memang benar jodoh ada di tangan Tuhan, tetapi kamu
juga harus berusaha dan berdoa, bisa merefleksikan dirimu dan mulai bertanya
pada diri sendiri apakah kamu sudah berusaha yang terbaik namun belum berhasil
atau karena kesalahan-kesalahan yang sudah kamu lakukan yang menghambat kamu
mendapatkan jodoh.”
Sumber:
Sumber: